Rabu, 03 November 2010

monolog distasiun senja

Langkah kaki ku terasa lelah saat melangkah ketempat yang hampir setiap senja kuhabiskan hanya untuk menunggu jalan untuk pulang. Bahkan mungkin aku tidak tahu apakah kereta yg ingin kunaiki telah lewat atau bahkan tidak lewat. Begitulah memang keadaannya, ya, sama seperti ketika kau terjebak didalam gaungan psikedelia didalam benak dan hatimu. Aku sebenarnya bosan setiap hari menunggu untuk menaiki kereta yg Akan membawaku pulang, tapi menunggu itu terkadang seperti percaya akan adanya KAU dan dia, yg mungkin aku tak akan bertemu sekalipun dengan mereka. Haah, menunggu distasiun dikala hujan dan sendiri terkadang membuatku terlalu sering berelegi, seperti seseorang yg melantun lantunkan elegi padaMU dikala ia sekarat. Yaa,mau dibilang apa lagi, tapi memang sepertinya KAU ini persis seperti kereta yg kutunggu, selalu menciptakan dentuman distorsi penantian yg dibalas oleh sebuah hal tentang kekecewaan.

Jumat, 29 Oktober 2010

Ricuh disore kelabu

-melangkah ku mencari
berlari ku menemui
sebuah ruang hampa untuk kau dan aku bernaung.-

sebuah elegi yang mengantarkan aku kesebuah gubuk diujung taman setelah kau seharian berlari tanpa menoleh sedikitpun. aku berusaha menguak semua dibalik hati mu,aku ingin bertanya tentang perasaan perasaan yang terasa mericuhi hari hari ku sehingga jingga pun menjadi kelabu,aku ingin semua jawaban yang mengalir dari lidah mu yang syarat akan makna, walaupun aku rancu akan jawabmu. aku senang akan kegamangan yang kau berikan namun aku bimbang akan satu pernyataanmu, apakah DIA seburuk yang kau katakan?
aah,demi semua pertanyaan dan pernyataan itu aku akan mengejarmu,ya, mengejarmu hingga akhirnya kita bertemu disebuah gubuk diujung taman. seperti biasa kau selalu duduk membelakangi pintu dan memandang kosong ke arah perapian, aku mencoba menyapa dengan kata tapi kau hanya membalas dengan tatapan mata, tatapan yang mengisyaratkan batin rohani yang tercabik elegi elegi, ya semua elegi yang akhirnya menciptakan dirimu yang seperti ini. aku pun akhirnya memecah kebuntuan seperti biasa, menyapamu dengan pelan " hai apakabar?, bagaimana keadaanmu?" lalu ia pun lagi lagi hanya melirik denga pandangan mata yang sangat sendu. "kau masih sakit akan DIA?" aku mencoba memecah elegi diantara kami, akhirnya ia pun bersuara "TOLONG JANGAN SEBUT NAMANYA DIDEPANKU" sahutnya lantang dan parau. aku pun membatu mendegar semua itu dan mencoba membalas dengan lembut "maaf,ternyata kau sesakit itu akanNYA", "aku yang seharusnya meminta maaf" sahutnya melembut, lalu iya melanjutkan kata katanya "aku seharusnya tidak menyeretmu sejauh ini nak, ada beberapa hal yang sebenarnya aku sembunyikan dibalik semua ini, aku tidak ingin kau mengetahui semuanya dengan jelas, karena..." ia menghentikan kata kata nya sambil menahan emosi yang akhirnya meledak menjadi tangis yang meraung raung,mencaci DIA tapi tak menyebut namaNYA. aku pun tak tega dengan apa yang terjadi padanya, kemudian tanpa sengaja aku berguman setengah elegi "tolong lah dia Tuhan,beri dirinya jalan akan elegi tanpa akhir ini", lalu dia menghentikan tangisannya dan mencengkram tanganku dengan sangat kuat lalu berkata lantang dan parau seperti tadi "TOLONG LAH TUHAN?,KATA KATA NISTA APA ITU?,HAAH TERNYATA MEMANG BENAR,KAU INI BUKAN KAUMKU NAK". seraya dengan kata katanya, aku pun terdiam dan hanya bisa mendengarkan tangisannya yang sudah sedari tadi berubah menjadi raungan, lalu ia mengatakan dengan syarat akan emosi "Hei nak,tak tahukan kau siapa sebenarnya DIA yang ku maksud?" aku pun mengernyitkan dahi,bimbang. lalu ia melanjutkan "DIA itu Tuhan nak,dan aku ini anakNYA,ya, anakNYA yang dibuang". aku pun tercengang mendengar sebuah pengakuan,ya pengakuan yang membuat angan dan benakku terbang melayang menjauh dari ricuh didalam gubuk pada sore kelabu antara aku dan dia itu.

Senin, 11 Oktober 2010

Waktu dan Bayangan

sangat sesak yang membunuh, tak tau hinggap dimana jiwaku sekarang. Ironis memang, sungguh sangat ironis yang aku benci, semua lari pergi tanpa menoleh lagi, termasuk kau dan DIA. kemana kalian ketika ku terjebak waktu, mana janji kalian yang ingin membawaku kedalam dunia baru. bodoh aku berharap jika kalian terus saja terlelap, atau bahkan kalian pura pura terlelap?
habis waktuku untuk semua, ya, untuk semua imajiner imajiner akan sebuah kegamangan yang kalian berikan kedalam relung hati senja yang senantiasa tak kan bisa ku pecahkan.
aku hanya menunggu seperti orang dungu, dan kalian berlalu membuang waktu ku, sadarkah kalian waktu ku ini? apakah kalian hanya menganggapku hanya segelintir debu ditengah keramaian yang bisa seenaknya diombang?
aku lihat kau lalu lalang kesana kemari dan aku juga lihat DIA pergi seakan tak perduli, apa mau kalian?
baiklah sekarang aku terjatuh, ya, aku terjatuh bersama seonggok bayangan kedalam sebuah kantung kesunyian.

Selasa, 31 Agustus 2010

Kegundahan

berjalan ditengah taman dipagi buta yang sangat membahana ke dalam relung jiwa, terkadang membuat ku bertanya kemana kah dirimu setelah kau pergi dariNYA. namun perjalan pagi ini terasa berbeda, karena ku seperti melihat bayangan dirimu ditengah taman tak berujung ini, aku sangat senang bukan kepalang dan ku coba mendekati mu, tetapi lagi lagi kau pergi menjauh. Hei! apa kau marah padaku, apa kau ingin aku membenciNYA juga seperti kau kepadaNYA. kembali lah dari kegelapan diujung sana, jawab kegundahanku tentang surat yang kau berikan, tak cukupkah lelah ku berjalan dikebun ini hanya untuk menebus sebuah jawaban yang akan terucap mengalir dari lidah mu yang penuh akan makna yang bahkan aku tak tau itu pun berupa apa. aku mohon kembali, walau hanya sekali atau terakhir kali aku lihat dirimu, dan setelah itu kau boleh berlari tanpa menoleh lagi....

Rabu, 25 Agustus 2010

rënkim

GOD, I really wish you were here

Ketika Tuhan teman sebangku

Hey kemana saja KAU semalam, tak kah kau dengar raungan raungan kesakitan orang orang diluar sana, bodoh KAU, mereka mati perlahan. Hidup mereka hilang pijakan, dan tujuan. Ya begitu pula doa doa nya, tanpa tujuan. kemana saja KAU malam tadi, tak kah KAU melihat aku sekarang berpijak dimana? salahkah aku? benarkah aku. KAU itu kemana? aku mencariMU. kemana saja KAU malam tadi, tak kah KAU sadar jagat ini punya siapa?

hey,kemana saja KAU? apa kau dengar raungan kesakitan batin rohani ku ini?

kemana KAU?

kemana KAU?

mungkin aku harus mempercayai omongan orang tua diujung gang siang tadi, ya, dia berkata padaku bahwa percuma saja aku mencoret coret namaMU disecarik kertas, meraung raung kan namaMU demi seonggok petolongan dan pengampunan, dan berteriak meminta tujuan, kalau ternyata KAU hanyalah teman sebangku ku dikelas pagi tadi. Ya, teman sebangku yang tak bisa berbuat apa apa dan hanya menjadi pendengar ketika jeritan kesakitan perlahan berkumandang diluar memanggil namaMU.

Minggu, 18 Juli 2010

versatilitate

ought i find another GOD who belong insane like i do?
-L-

Elegi Iblis

hilang arah,terjebak amarah.selalu menghantuiku,bahkan udara pagi buta ini tak dapat menenangkan batin tentang elegi elegi yang terus mengalir menghujat MU.aku tak mengerti mengapa KAU mengusir ku,aku tahu KAU putih,aku tahu rumah MU terlalu suci,tapi aku ini anak MU.apakah KAU tak pernah sekalipun menghargai kehadiran ku.

haah,muak aku terlalu memikirkan elegi elegi kesakitan hati ku tentang MU jika ternyata KAU tak lebih dari seorang Alice di Negeri mimpi yang semakin maya bila semakin ku kejar.

ah sudah lah,sebaiknya ku menyanyikan supernova untuk KAU karena itu mewakili perasaan ku pagi galau ini

Senin, 05 Juli 2010

Pertemuan Tuhan dan bocah iblis

Konspirasi apa lagi yang kau gunakan untuk menjatuhkan kekuasaan KU?percuma nak. Kata Tuhan pada bocah iblis itu.

Aku hanya ingin tidak jadi kambing hitam ke musyrikan manusia.mengapa selalu aku yg salah? Sahut bocah iblis itu pada Tuhan.

Hey,itu memang sudah KU gariskan sejak dulu nak,ayah mu lah yg memulai semua nya,iya membuat KU murka akan kaum mu. Balas Tuhan.

Ayah?apa salah ayah?jangan KAU selalu menyalahkannya,ayah tidak mau karena manusia itu lebih rendah dari kami. Balas bocah itu

Itu dia nak salah ayah mu.dia sombong.manusia jelas lebih mulia dari kalian.mereka punya nafsu tetapi berakal.lalu kalian? Sahut Tuhan

Kalau begitu KAU mengajarkan kami untuk menyembah mereka?lalu mengapa kami juga menyembah MU.ini psikedelia ya? Balas bocah iblis

AKU tidak menyuruh kalian menyembah mereka,tapi aku hanya menyuruh kalian menghormati mereka.pikirlah dengan bijak. Sahut Tuhan bijaksana

Bijak?kata MU bijak?haha,jangan KAU bergurau tentang bijak,apakah KAU merasa diriMU bijak pd kami.pikirkan itu dua kali. Hardik bocah iblis

Kali ini IA hanya tersenyum ringan,dan berkata,apa balas dendam itu bijak nak? SahutNYA lembut kepada bocah iblis

Mendengar kata kata NYA yang syarat akan makna,ia terdiam,tertuduk.pikirannya berkecamuk antara hitam dan putih.

IA pun berkata,hei nak,mengapa kau tertunduk lesu?jadi kah kau menembakkan konspirasi2 mu padaku. Sahut Tuhan bijak

Seraya bocah iblis itu berlalu bersama dengan abu dari ruangan putih penuh kilau itu,dan Tuhan pun hanya tersenyum sipu.

Minggu, 17 Januari 2010

Iblis Wanita di Cafe Biru

Dentuman musik swing classic jazz yang sendu menggema disebuah cafe berwarna biru,dimana aku menghabiskan hampir dari setengah hariku,hanya untuk menunggu mu.aku terduduk disudut,ditemani secangkir teh panas dengan perasan lemon.Ironi memang terdengar,namun aku tak bisa berpaling dari sebuah realita,realita yang ternyata nyata,aku menunggu mu,sendiri disudut,termengut,diam,dan pikiran kelam.aku tahu apa yang akan kau sampaikan padaku,aku tahu semua isi hatimu yang sebenarnya tak perlu kau raung raung kan lagi didepan ku,yang ternyata itu hanya membuat air matamu jatuh,jatuh kesebuah tempat antah berantah yang kau pun tak tahu untuk siapa air mata itu,untuk apa itu mengalir.
biru,ya memang begitu suasana hatiku disenja sendu ini,aku tak tahu,tapi psikedeliaku benar benar biru saat ini.hati ku terlalu biru untuk meraungkan isi hatiku,namun aku mencoba memaksa wajah ku untuk tersenyum ketika seorang wanita bertinggi badan tidak lebih dari pundakku,ya...itu memang kau,kau datang seperti biasa,diantara terang dan gelap,kau ini memang suka bertemu pada saat senja,dan sampai sekarang aku tak tahu alasan mu,tetapi yang jelas pada senja itu kau begitu abu,tak tampak hitam atau biru seperti yang lalu.
kau mulai jalan kearah ku,menarik kursi lalu duduk didepan ku dengan mata kecil berkaca yang kau sembunyikan dibalik sebuah lensa tebal didepan batang hidung mu yang selalu kau pakai.tak lama,kaupun memulai sebuah konversasi yang sebenarnya aku sudah tahu kemana arah dan tujuannya."hei,maaf sudah membuatmu lama menunggu,aku mulai saja ya",katanya dengan suara agak berat."baik",aku menjawab tegas."kita harus berakhir",aku pun tidak terkejut mendengar kata kata itu,karena sudah terlintas oleh ku sebelumnya jikala hal ini akan terjadi."baiklah kalau memang berakhir,apa alasan mu kalau begitu?",sahutku tegas,lalu "kau ingin mendengarnya,baiklah...aku ini terlahir sebagai kaum hitam yang tak pantas untukmu kaum abu abu,aku tak mau dijadikan kambing hitam olehNYA jikalau engakau menjadi hitam seperti ku,aku tahu kalau IA beranggapan ingin membuat mu putih sepertiNYA,aku tak mau terjerumus kelubang yang sama seperti saudara ku,aku tak mau disalahkan olehNYA,karena aku tahu cintaNYA padamu melebihi cintaku padamu",wanita itu akhirnya berhenti berkata dan ku memulai untuk menyela "apa maksud semua ini,apa itu hitam abu putih,kau membuat ku gamang bimbang,kau membuat aku kehilangan arah pikiran,kau membuat ku seperti anjing buta yang terjebak dikala senja,kau itu... "CUKUP",ia berkata dengan lantang mematahkan celaan celaan dari mulutku yang menggebu."aku akan cerita padamu siapa aku,aku ini hitam,aku ini iblis yang tak pantas untuk manusia agung seperti mu,aku tak mau jadi kam.... "CUKUP" kini giliran ku mematahkan perkataannya.dengan buliran buliran air mata yang sedari tadi tidak ingin keluar dan kini membanjiri pipiku,ku berkata setengah elegi "hei tak tahu kah kau aku ini sangat cinta padamu,tak peduli IA mau berkata berpikir apa,tak sadarkah kau kalau dirimu ini megalir dalam darah ku,setengah dari jiwaku dan kau adalah bayangan atas nyawaku,walau mencintai mu itu terkadang menjadi sebuah ironi,tapi semua itu tak berarti apa apa bagi ku....,belum selesai aku menggebukan pusaran pusaran perasaan biru ini,wanita itu tiba tiba beranjak lalu,menuju pintu keluar yang begitu biru.
sesaat sebelum ia menutup pintu biru itu untuk selamanya,aku menggelegarkan sebuah elegi yang mebuatnya terhentak diam termakan sekam. "hei,kita ini biru,tapi tak bisakah kita menjadi satu",dan setelah itu ia pun berlalu.