Senin, 18 Juni 2018

Kisah Tentang Kumpulan Kekuasaan Tertinggi Bagian Enam: Senja, Cinta dan Aysha

Hujan berhenti saat petang tiba. Aku dan Aysha masih di tempat berteduh yang sama sedari pagi tadi. Yaa, ku rasa waktu bersamanya hari ini begitu singkat, meski tak banyak kata, nada di sela rintik hujan, namun "kita" bisa menciptakan sebuah kedamaian. Ah, awalnya ku pikir ini hanyalah rasa dan prasangka. Maaf, Yaa, jutaan maaf lah yang hanya dapat keluar dari relung hati ini. Hati yang sudah begitu banyak kecewa, kecewa akan cinta. Namun senja itu seolah ia menghapusnya.

Senja itu, kita seakan bagai dua manusia yang terus bicara rindu di dalam ruang imaji yang sendu. Dua manusia yang pernah terluka akan psikedelia. Dua manusia yang pernah tersesat di kala senja. Dan dua manusia yang dipertemukan oleh cinta di penghujung senja.

Aku dan Aysha tak begitu banyak bicara...

Saat senja akan usai dan hujan pun reda, ia membuka suaranya...

"maaf, boleh aku tau dia Dia?"
"Ah sudah ku duga kau akan bertanya akan Nya...baiklah, aku akan cerita...Dia adalah salah satu anak NYA yang paling cantik, dan Ia adalah anak NYA yang tidak takut akan asas asas perbedaan antara Putih, Abu Abu dan Hitam.... Namanya memiliki sebuah ambiguitas...."

Aku pun berhenti berbicara... seolah menyebutkan namanya adalah sekam di kerongkongan ini, namun sebuah genggaman erat di telapak tangan ku berhasil menghapus rasa tersebut. Yaa, Aysha...lagi lagi ia berhasil menghapus luka akan Nada.....

"Oh, jadi Nada namaNya...sangat indah menurut ku". Sahut suara lembutnya, seraya menegaskan kata yang kuucapkan, sambil ia membenarkan letak kacamata bulatnya.

"Iya, sebuah nama yang indah jika kau lihat dari satu sudut pandang...di satu sisi nama itu bisa berarti sebuah alunan yang mewakilkan kondisi relung jiwa, namun di sisi lain, nama itu berarti kehampaan...bahkan nama itu lebih abu dari makhluk abu seperti kita sekalipun...."

Aysha lagi lagi membuka kata..."sudah jangan kau lanjutkan...lebih baik membuka asa dibanding luka kan?"

Aku terdiam...lalu "maksud mu?"

"ah kau ini, sudah berapa lama kau hidup dan mengalami suka, cinta dan luka?"

Aku masih terdiam, membisu....sampai akhirnya Aysha membisikkan sebuah kalimat, yaa kalimat yang akhirnya menghapus luka seumur hidupku akan kehilangan sang Iblis Wanita...Nada.

"Mari kita mengalir dalam suatu masa, agar pun kita terhanyut dalam suatu rasa...aku bosan akan luka, ku rasa kau pun begitu...aku ingin menari dalam angan, tertawa dalam impian, Yaa, walaupun terkadang hati kita kalut...tapi semua tak ada artinya dalam suatu masa...Yaa, suatu masa antara kita...suatu masa antara Senja, Cinta dan Kita"