Sabtu, 12 Maret 2016

Kisah Tentang Kekuasaan Tertinggi, Bagian Ketiga: Gadis Berkacamata di Cafe Biru bagian pertama

Hujan semakin lebat seiring ku menyusuri jalanan kota bimbang untuk menuju rumahNYA. Sekelebat kulihat dikejauhan ada sebuah rumah, bercahaya terang. Ya, tak lain rumah itu merupkan kedai kopi langganan ku dulu di kota bimbang. Sama sekali tak berubah, entah sudah berapa lama aku meninggalkan kota ini.

Seperti biasa, aku memesan secangkir teh lemon. Sebuah hal antitesis yang selalu kunikmati. Aku bukan penggemar kopi, namun selalu menghabiskan senjaku dahulu di kedai ini. Ya, cafe biru. Cafe dimasa laluku, sebuah tempat di kala senja itu, aku membuang semua perasaan cintaku, aku membuang kesakitan hatiku di sini, di sudut remang, tempat kesukaan ku dengan Nya dahulu.....

Ah sial, aku jadi berelegi lagi.......

Empat Puluh Tujuh menit aku termenung dalam elegi masa lalu ku. Namun, sekejap hal tersebut disadarkan oleh sesosok gadis berkacamata yang duduk sedikit termenung disudut berlawanan dengan tempatku. Ya, gadis berkacamata dengan sebuah tas gitar di sebelahnya. Terlihat ia menikmati secangkir yang ku pun tak tahu berisi apa. Apakah ia penggemar teh lemon hangat sama denganku? Apakah dia juga sedang berelegi akan masa lalunya? Apakah ia juga pernah mempunyai memori bintang ditempat ini? Apakah ia juga......... ah. Aku mulai bertanya tanya tanpa tahu arah kemana. Aku sangat ingin tahu apa yang sedang ia pikirkan, Apa yang ia nikmati dan mengapa ia termenung......... Ah sudahlah, jika aku paksakan, mungkin yang kudapatkan hanya sebongkah kekecewaan......

Namun imaji ku terus berputar akan keberadaan wanita itu......

Ah sudahlah, dari pada terus berandai, lebih baik aku pesan satu cangkir lagi. Mungkin bisa menenangkan......

Sesaat aku memanggil pelayan, tanpa sadar aku menyelisipkan sebuah pertanyaan...

"Hei nona, siapa gadis manis berkacamata dengan tas gitar bersanding di sebelahnya itu?". Dengan canggung, dan mata melirik ke kanan kiri ia hanya berkata "dia selalu duduk disini sepanjang senja sampai larut gelap, tapi maaf tuan, aku tidak bisa berbicara banyak, aku hanya takut membuatnya kecewa. "iya, tapi aku hanya ingin tahu namanya, itu saja untuk kali ini". "sudahlah tuan, lupakan saja".......

Aku terdiam bisu, dan pelayan itupun berlalu membawa catatan pesananku, dan hanya meninggalkan sebuah tulisan di sepotong kertas biru......



Namanya:

Aysha