Rabu, 25 Agustus 2010

Ketika Tuhan teman sebangku

Hey kemana saja KAU semalam, tak kah kau dengar raungan raungan kesakitan orang orang diluar sana, bodoh KAU, mereka mati perlahan. Hidup mereka hilang pijakan, dan tujuan. Ya begitu pula doa doa nya, tanpa tujuan. kemana saja KAU malam tadi, tak kah KAU melihat aku sekarang berpijak dimana? salahkah aku? benarkah aku. KAU itu kemana? aku mencariMU. kemana saja KAU malam tadi, tak kah KAU sadar jagat ini punya siapa?

hey,kemana saja KAU? apa kau dengar raungan kesakitan batin rohani ku ini?

kemana KAU?

kemana KAU?

mungkin aku harus mempercayai omongan orang tua diujung gang siang tadi, ya, dia berkata padaku bahwa percuma saja aku mencoret coret namaMU disecarik kertas, meraung raung kan namaMU demi seonggok petolongan dan pengampunan, dan berteriak meminta tujuan, kalau ternyata KAU hanyalah teman sebangku ku dikelas pagi tadi. Ya, teman sebangku yang tak bisa berbuat apa apa dan hanya menjadi pendengar ketika jeritan kesakitan perlahan berkumandang diluar memanggil namaMU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar