Rabu, 09 Desember 2009

skizofreni di stasiun hitam putih

Terduduk diantara hembusan panas dan dingin pagi.Seperti biasa aku mencoba membuang penat akan psikedelia diotak yang sedari tadi meraung raung ingin menghempas.
Ya ditempat biasa,disebuah tempat penjual minuman dipinggir stasiun hitam putih,tempat dmana seriap pagi aku menghabiskan segelintir psikedelia yang membuat ku penat.
satu hal yang membuat aku selalu tertarik dengan si penjual minuman dingin itu.Ia selalu melakukan sebuah ritual yang ku anggap menjadi sebuah repetisi yang memuakkan,ia pun sering bercerita bagaimana kisah hidupnya hingga ia dapat menjadi seperti ini.
Dari semua kisah yang ia ceritakan padaku,satu hal lah yang membuat aku sedikir skizofreni akan hidupnya.Ia selalu memberiku sekelumit petuah petuah yang membuat rotasi arah pikiran psikedeliaku berputar cerah,ia selalu berkata bahwa kita harus selalu bersyukur padaNYA dan tidak boleh mengeluh padaNYA.Tetapi,ia hampir setiap waktu mengeluh ketika salah satu perabotan miliknya mulai termakan usia,terutama pada saat mendengar kabar tentang masalah masalah yang berhubungan dengan hal hal kenegaraan.
Jujur aku bimbang,apa lagi setelah penjual itu selalu berkata "nak,hidup udah susah ditambah susah.mati susah.hidup apalagi.mau jadi apa negara ini?".Aku hanya terdiam dan sedikit terhenyak ketika hampir setiap pagiku mendengar repetisi repetisi seperti itu.
Ku mulai berpikir mengapa,tentang apa yang ia hantarkan dalam elegi elegi repetisi setiap pagi.Ia selalu memberi positif tapi ia menghisap negatif.
YA,benar,manusia itu bukan hitam namun tidak juga putih,manusia adalah sebuah keabu abuan yang sesuka hati menentukan jalan,perkataan,hidup dan terkadang psikedelianya.Percakapan ku dengan penjual minuman dingin pagi itu meninggalkan sedikit kesan mendalam diruang psikedelia ku.
Satu pertanyaan mendalam di pagi itu,apakah hidup layaknya sebuah klise negatif yang dapat diubah menjadi gambar jelas positif akan realitas?......

aku hanya terdiam membisu hingga waktu akhirnya tak lagi menunggu dan akupun berlalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar