Jumat, 29 Oktober 2010

Ricuh disore kelabu

-melangkah ku mencari
berlari ku menemui
sebuah ruang hampa untuk kau dan aku bernaung.-

sebuah elegi yang mengantarkan aku kesebuah gubuk diujung taman setelah kau seharian berlari tanpa menoleh sedikitpun. aku berusaha menguak semua dibalik hati mu,aku ingin bertanya tentang perasaan perasaan yang terasa mericuhi hari hari ku sehingga jingga pun menjadi kelabu,aku ingin semua jawaban yang mengalir dari lidah mu yang syarat akan makna, walaupun aku rancu akan jawabmu. aku senang akan kegamangan yang kau berikan namun aku bimbang akan satu pernyataanmu, apakah DIA seburuk yang kau katakan?
aah,demi semua pertanyaan dan pernyataan itu aku akan mengejarmu,ya, mengejarmu hingga akhirnya kita bertemu disebuah gubuk diujung taman. seperti biasa kau selalu duduk membelakangi pintu dan memandang kosong ke arah perapian, aku mencoba menyapa dengan kata tapi kau hanya membalas dengan tatapan mata, tatapan yang mengisyaratkan batin rohani yang tercabik elegi elegi, ya semua elegi yang akhirnya menciptakan dirimu yang seperti ini. aku pun akhirnya memecah kebuntuan seperti biasa, menyapamu dengan pelan " hai apakabar?, bagaimana keadaanmu?" lalu ia pun lagi lagi hanya melirik denga pandangan mata yang sangat sendu. "kau masih sakit akan DIA?" aku mencoba memecah elegi diantara kami, akhirnya ia pun bersuara "TOLONG JANGAN SEBUT NAMANYA DIDEPANKU" sahutnya lantang dan parau. aku pun membatu mendegar semua itu dan mencoba membalas dengan lembut "maaf,ternyata kau sesakit itu akanNYA", "aku yang seharusnya meminta maaf" sahutnya melembut, lalu iya melanjutkan kata katanya "aku seharusnya tidak menyeretmu sejauh ini nak, ada beberapa hal yang sebenarnya aku sembunyikan dibalik semua ini, aku tidak ingin kau mengetahui semuanya dengan jelas, karena..." ia menghentikan kata kata nya sambil menahan emosi yang akhirnya meledak menjadi tangis yang meraung raung,mencaci DIA tapi tak menyebut namaNYA. aku pun tak tega dengan apa yang terjadi padanya, kemudian tanpa sengaja aku berguman setengah elegi "tolong lah dia Tuhan,beri dirinya jalan akan elegi tanpa akhir ini", lalu dia menghentikan tangisannya dan mencengkram tanganku dengan sangat kuat lalu berkata lantang dan parau seperti tadi "TOLONG LAH TUHAN?,KATA KATA NISTA APA ITU?,HAAH TERNYATA MEMANG BENAR,KAU INI BUKAN KAUMKU NAK". seraya dengan kata katanya, aku pun terdiam dan hanya bisa mendengarkan tangisannya yang sudah sedari tadi berubah menjadi raungan, lalu ia mengatakan dengan syarat akan emosi "Hei nak,tak tahukan kau siapa sebenarnya DIA yang ku maksud?" aku pun mengernyitkan dahi,bimbang. lalu ia melanjutkan "DIA itu Tuhan nak,dan aku ini anakNYA,ya, anakNYA yang dibuang". aku pun tercengang mendengar sebuah pengakuan,ya pengakuan yang membuat angan dan benakku terbang melayang menjauh dari ricuh didalam gubuk pada sore kelabu antara aku dan dia itu.

1 komentar:

  1. Aku suka permainan bahasa dan endingnya :) Menusuk. Terus menulis ya!

    Saran sedikit, tata bahasa penulisan dialognya bisa diperbaiki/dirapikan biar lebih enak bacanya yah :D Tapi udah keren!

    -Farida

    BalasHapus